"It’s a delusion to think that you or anyone else Trend trader Charlie Wright states: “It took me a long time to figure out that no one really understands why the market does what it does or where it’s going. It’s a delusion to think that you or any one else can know where the market is going. I have sat through hundreds of hours of seminars in which the presenter made it seem as if he or she had some secret method of divining where the markets were going. Either they were deluded or they were putting us on. Most Elliott Wave practitioners, cycle experts, or Fibonacci time traders will try to predict when the market will move, presumably in the direction they have also predicted. I personally have not been able to figure out how to know when the market is going to move. And you know what? When I tried to predict, I was usually wrong, and I invariably missed the big move I was anticipating, because it wasn’t time. It was when I finally concluded that I would never be able to predict when the market will move that I started to be more successful in my trading. My frustration level declined dramatically, and I was at peace knowing that it was okay not to be able to predict or understand the markets.” Tidak mempunyai kemampuan untuk menganalisa bukan berarti kita tidak bisa trading, tidak bisa memprediksi arah harga bukan berarti kita tidak bisa menghasilkan profit, karena pada kenyataannya market atau harga begerak sangat dinamis sehingga sangatlah tidak mungkin bagi siapapun untuk memprediksi kemana arah harga akan bergerak... naik atau turun. Leave Your Ego at the Door Selama ini banyak yang menganggap bahwa market adalah musuh, sehingga harus dikalahkan, padahal justru sebaliknya... kita harus mampu sejalan dengan market, kita harus seirama dengan market, be in harmony with the market... Kita tahu bahwa kita tidak pernah bisa memprediksi arah harga, tapi bukan berarti market tidak mempunyai kelemahan. Market tidak pernah berhenti bergerak... mulai dari range kecil, sedang sampai range besar. Justru karena dinamika market yang begitu tinggi itulah kita dapat menjadikan sebagai kelemahannya. Agar kita bisa menyatu dan seirama dengan market, maka kita harus meninggalkan 'ego' kita disaat kita trading. Kita harus sadar dan mau mengakui bahwa kita tidak akan pernah tahu kemana arah harga akan bergerak, tapi sebaliknya kita harus mampu memaksa diri kita untuk 'mengalah' dan mengikuti apa kata market agar tercipta harmoni dan lebih mudah bagi kita untuk mendapatkan profit. Loss is a Cost of Doing Business Jangan pernah takut untuk mengalami kerugian (loss). Bagi trader pemula, loss dianggap sebagai sebuah 'aib', memalukan, ditakuti dan harus dihindari. Didalam trading atau bisnis apapun, kerugian tidak bisa dihindari. Kerugian adalah cost atau harga yang harus kita bayar untuk mendapatkan keuntungan. Dalam bisnis restoran, tidak semua makanan bisa dihidangkan, banyak yang berakhir di tempat sampah karena memang tidak layak untuk dimakan. Dalam sebuah produksi (manufacture), tidak semua produk bisa dijual, pasti ada sekian persen masuk kategori produk gagal dan harus dibuang atau dimusnahkan. Begitu juga dengan bisnis yang lain. Itu adalah kerugian yang tidak bisa dihindari dalam bisnis konvensional. Inti dari bisnis adalah mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibanding nilai kerugian. Begitu juga dengan trading. The Big Move Kita sering mendengar istilah "Trend is your friend", yang maksudnya adalah jika kita ingin mendapatkan keuntungan maksimal maka sebaiknya kita trading mengikuti arah trend. Sebagai trend trader, yang kita tunggu adalah pergerakan range besar sebagai wujud terbentuknya sebuah trend, tapi bagaimana kita dapat mengetahui kapan range besar akan terjadi?! Tidak bisa. Kita tidak akan pernah bisa mengetahui hal tersebut. Lalu bagaimana kita 'menangkap' momen tersebut?! Di dalam bukunya yang berjudul Trading as a Business, Charlie Wright mengatakan: "The only way to ensure that you won’t miss Zero Zone Harga dikatakan naik atau turun tentu karena ada pembandingnya. Misalnya harga sebuah komoditas, katakanlah emas... dikatakan naik, pembandingnya bisa jadi adalah komoditas lain, misalnya perak. Artinya harga emas naik, sedangkan harga perak tidak, atau justru turun. Tetapi pembanding bisa juga dari segi waktu, misalnya harga emas naik dibanding.... kapan?! Bisa dibandingkan tahun lalu, minggu lalu, kemarin atau bahkan beberapa jam atau menit yang lalu. Begitu juga dengan currencies, misalnya nilai Poundsterling terhadap Yen saat ini naik dibanding dengan kemarin, atau dibanding dengan harga pembukaan hari ini. Intinya adalah selalu ada pembanding, selalu ada Zero Zone sebagai titik awal. Zero Zone memberi begitu banyak celah sekaligus peluang bagi kita untuk melakukan open position dengan menggunakan stop orders maupun market orders. Harga tidak pernah berhenti bergerak, mulai dari range kecil, sedang sampai range besar. Artinya adalah pasti ada peluang. Besar atau kecilnya peluang tergantung dari kondisi market, dimana kita ketahui bahwa ada 2 kondisi market; trending dan ranging. Sebelum trend terbentuk, harga cenderung bergerak sideway atau bergerak naik turun dalam range tertentu. Dalam kondisi sideway atau ranging inilah biasanya kita akan mengalami beberapa kali loss secara berturut-turut dan menyebabkan drawdown yang (kadang) cukup besar, tapi sebagai seorang trend trader kita harus mampu bertahan dalam kondisi ini sampai trend terbentuk, baik itu uptrend ataupun downtrend. Ide dasarnya adalah mengorbankan beberapa posisi (buy/sell) mengalami loss sampai pada akhirnya trend terbentuk dan disaat trend terbentuk kita sudah mempunyai posisi sehingga tidak tertinggal momentum. Dari beberapa posisi (buy/sell) tersebut kita biarkan market yang menentukan posisi mana yang menghasilkan profit sesuai dengan trend utamanya, sementara posisi yang salah akan terkena Stop Loss (SL). Satu hal yang harus kita yakini adalah 'selalu ada kepastian diantara ketidakpastian'. Disinilah money management (MM) dan psikologis berperan sangat penting. Market Testing Cara trading ini bisa saya analogikan seperti market testing dalam bisnis konvensional, dimana untuk menjual produk, sebuah perusahaan perlu melakukan market testing untuk mengetahui respon masyarakat (pasar/market) terhadap produk yang akan dijual. Market testing dapat dilakukan sebelum produk dijual secara masal, ataupun dilakukan sekaligus dalam proses penjualan (tentunya masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan). Dari market testing ini akan didapat jawaban produk seperti apa yang sangat dibutuhkan dan diinginkan oleh masyarakat, sehingga perusahaan dapat memilah dan memilih produk mana yang layak untuk diperbanyak produksinya, dikurangi atau bahkan tidak diproduksi sama sekali. Let the Market Decides, Let the Market Works for You Trading dengan memanfaatkan metode market testing, secara langsung memberikan kesempatan kepada market untuk memilih dan menentukan posisi mana yang tidak sesuai dengan trend sehingga otomatis tertutup karena SL. Dilain sisi, posisi yang searah dengan trend akan terus terbuka dan kita biarkan posisi tersebut running untuk memperoleh profit semaksimal mungkin. Dengan kata lain, melalui market testing, market sendirilah yang akan menentukan posisi buy atau sell yang benar dan searah dengan trend. Bukan kita. Kita tidak punya kemampuan untuk itu. Kita tidak mempunyai kemampuan untuk memprediksi arah pergerakan harga. Kita hanya (retail) trader yang ingin mendapat keuntungan sebesar-besarnya dengan cara menumpang pada kekuatan "big boys" serta memanfaatkan kelemahan market yang selama ini justru dianggap sebagai kekuatan oleh sebagian besar orang, sehingga sulit untuk dikalahkan. Market memberi kita pilihan, buy atau sell... biarkan market yang menentukan, biarkan market bekerja untuk anda. "From error to error, one discovers the entire truth." Buy High - Sell Low
Berbeda dengan bisnis ataupun investasi konvensional dimana kecenderungannya orang akan membeli disaat harga rendah (murah) dan menjual disaat harga tinggi (mahal) atau buy low - sell high. Trend traders justru melakukan aksi buy high - sell low (breakout). Hal ini sangat bertentangan dengan naluri manusia pada umumnya karena lagi-lagi ego kita cenderung ingin mendapatkan keuntungan lebih banyak (greeds) dengan cara membeli di level harga serendah mungkin dan sebaliknya menjual di level harga setinggi mungkin, dan ini adalah salah satu hal yang belum banyak diterapkan trader (terutama pemula) karena masih belum mampu melepaskan ego-nya dan ingin meraih keuntungan sebanyak-banyaknya dengan cara buy low - sell high. "Sistem yang berhasil adalah sistem yang mampu Action, Reaction
Market menggerakkan harga (action), lalu kita bereaksi (reaction). Reaksi kita bergantung pada apa aksi dari harga atau market itu sendiri. Jika harga naik maka kita beli, harga turun kita jual. As simple as that. Sesederhana dan semudah itu. Lalu apa indikasi bahwa harga naik atau turun?! Zero zone... Selalu ada Zero Zone sebagai titik atau area awal dimana Zero Zone merupakan area sideways atau masa konsolidasi sebelum akhirnya terjadi breakout dan market-pun melanjutkan arah trend-nya. Sekarang tergantung anda, area mana yang akan anda jadikan Zero Zone?! Apakah harga pembukaan hari ini?! High/low?! Support/resistance atau swing high/swing low?! Bahkan andapun dapat menjadikan running price sebagai titik awal dan melakukan stop order beberapa pips di atas dan di bawah running price sehingga terbentuk Zero Zone. Intinya, jika harga berada di atas Zero Zone, maka yang akan kita lakukan adalah buy, begitu juga sebaliknya, jika harga bergerak di bawah Zero Zone, maka yang akan kita lakukan adalah sell. Selebihnya adalah penentuan stop loss (SL) sebagai faktor resiko (risk) yang menjadi bagian dari money management (MM). Cut Your Losses and Let Your Profits Run Loss atau mengalami kerugian dalam trading maupun bisnis secara umum adalah hal yang tidak dapat kita hindari, tugas kita adalah mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari kerugian kita. Cut your losses and let your profits run adalah aturan yang wajib dijalankan untuk memaksimalkan keuntungan. Saya yakin semua pernah mendengar kalimat tersebut dan tahu maknanya. Kalimat ini terdengar begitu sederhana, tapi karena ego manusia yang begitu besar, banyak yang tidak menjalankan aturan tersebut, bahkan tidak jarang trader khususnya pemula yang tidak mau menggunakan SL karena terlalu takut menghadapi loss tapi justru berakibat dana habis karena margin call. Permasalahannya adalah, jika dikatakan "... let your profits run", lalu mengapa menggunakan target profit (TP) di setiap open position anda?! Bukankah penggunaan TP akan membatasi potensi profit kita yang sebenarnya tak terbatas?! Market memberi peluang kepada kita untuk mendapatkan profit sampai ratusan bahkan ribuan pips, market bergerak tidak hanya 80-100 pips! Begitu anda memiliki open position(s) dalam kondisi profit, biarkan posisi tersebut running sampai harga tidak pernah kembali pada level harga tersebut, memang... pasti ada kemungkinan harga akan berbalik arah dan menyentuh SL yang sudah kita set up, itu adalah resiko yang sudah kita perhitungkan sebelumnya, dan seperti yang sudah saya sampaikan di atas, bahwa market bergerak tidak hanya dalam rentang 80-100 pips... jauh lebih dari itu... seberapa lamapun market dalam keadaan sideways atau ranging, pasti akan terjadi breakout! Market akan membuat kita ragu dan menyerah kalah dalam kondisi ranging, disaat kita menyerah itulah market membuat breakout dan harga bergerak jauh meninggalkan kita.... dengan didukung MM dan psikologis yang baik, pastikan bahwa kita tidak pernah menyerah terhadap market! Kita trading bukan untuk membuktikan kita selalu benar, kita trading untuk mendapatkan keuntungan! "The rationale for hanging in is that any price move Exit the Market Tidak ada aturan baku kapan kita harus menutup posisi kita untuk mendapatkan profit. Sebagai trend trader tugas kita adalah membiarkan posisi-posisi trading kita terus running dalam keadaan profit semaksimal mungkin selama trend berlangsung. Lalu pertanyaannya adalah sampai kapan trend berlangsung?! Apa indikasi bahwa trend akan berakhir?! Tidak ada yang tahu pasti... yang ada hanya asumsi... Beberapa cara yang biasa digunakan untuk menutup posisi adalah:
Ada cerita menarik tentang trend. Cerita ini adalah cerita yang pertama kali menginspirasi saya untuk mencari cara paling sederhana sekaligus paling mudah untuk melakukan trading, karena dari cerita tersebut ada logika dalam trading yang saya temukan sehingga saya mendapat banyak celah untuk mempermudah cara trading. Cerita tersebut mungkin juga bisa memberi inspirasi kapan sebaiknya anda menutup posisi-posisi yang sudah dalam keadaan profit seperti yang diilustrasikan juga pada gambar di bawah ini. Indikator
Saya trading tanpa menggunakan indikator, karena bagi saya indikator terbaik adalah harga itu sendiri. Jika kita perhatikan beberapa indikator paling populer seperti Moving Average (MA), Moving Average Convergence Divergence (MACD), Relative Strength Index (RSI), Donchian Channel, Pivot Point, dan lain-lain atau beberapa tools yang sering digunakan misalnya Trendlines, Channels, maka kita akan menemukan satu benang merah dari cara penggunaan semua indikator ataupun tools tersebut, yaitu zero zone atau zero level. Jika anda menggunakan MA, berapapun parameter yang anda gunakan, maka anda akan melakukan buy jika harga menembus dan bergerak di atas MA tersebut (berlaku sebaliknya untuk sell). Begitu juga indikator yang saya sebutkan di atas, semuanya berbasis zero zone. Semua yang kita butuhkan untuk trading sudah ada dan dapat kita lihat di chart secara kasat mata tanpa bantuan indikator. Just remember KISS... Keep It Simply Simple! |